Saat ini, aku tengah menikmati secangkir kopi hitam. Bukan beli dari warung kopi ternama Starbuck, atau Excelso, atau Kopitiam yang harga secangkirnya nembus lima puluh ribu rupiah. Tapi aku tengah menikmati kopi hitam khas Aceh, dikirim oleh orang tuaku minggu lalu. *mata berbinar-binar
Begitu buka bungkusnya, aroma kopinya langsung menyebar. Sluurrrp. Langsung ngences. hehe
ini dia, bubuk kopi aceh yang udah hampir 8 bulan ini amat sangat dirindukan >_<
Banyak merek, ada kopi Solong, ada kopi Gayo, ada kopi Tgk. Aceh. Waktu di sana, tiap ke warung kopi, (Aceh itu dunianya warung kopi, free wifi, tinggal duduk manis, pesan secangkir minuman, kue sebiji, udah bisa duduk berjam-jam menikmati wifi gratis :D), kalau enggak pesan es teh manis, pasti pesan segelas besar kopi hitam dingin. Oh betapa rindunya saat-saat seperti itu.
nah, ini dia penampakan kopi hitam yang udah jadi :D
Rindunya udah di ubun-ubun. Dan waktu ibu mertua bilang kalau pertengahan tahun depan pulang ke Aceh sebentar minimal 6 bulan sebelum pindah lagi, itu rasanya bahagiaaaaaaa. Senyum lebar, sampai beliau geleng-geleng kepala sambil bilang "senang kali kalau udah mau pulang ke Aceh."
Aceh itu indah bukan main. Sepanjang jalan kenangan gunung lautan padang sawah terhampar di depan mata tanpa dibatasi dengan gedung-gedung tinggi. Apalagi perjalanan pulang ke rumah, menghadap gunung.
Berada di Aceh bagiku sama seperti menikmati secangkir kopi hitam saat ini. Bahagianya tiada tara.
Rindu kampung halaman tercinta, Aceh.
Salam rindu dari Kota Sriwijaya, Palembang, 08 Oktober 2014.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar