Sabtu, 05 Juli 2014

Rindu Itu..

Ada satu hal yang aku ajukan kepada imamku ketika ia sedang melantunkan ayat-ayat indah Al-Qur'an, maghrib tadi. Dan aku tahu, ketika aku mengatakannya, kedua matanya terlihat memerah, dan ada sedikit air mata di sudut matanya. 

Aku mengatakan, aku rindu memeluk buah hati kami. Buah hati yang beberap bulan lalu telah kembali kepada Sang Pencipta sebelum kami sempat melihatnya. Sebelum aku sempat merasakan gerakannya menggelitik perutku.

Awalnya, sejak kejadian itu, kami berencana untuk menunda menimang buah hati sampai suamiku selesai bertugas di kota ini dan kami kembali ke Aceh. Banyak hal yang menjadi pertimbangan, salah satunya ketakutannya tidak mempunyai waktu yang banyak untuk menemaniku di rumah karena harus sering berada di tempatnya berkerja. Ia takut tidak bisa menjadi suami siaga untukku.

Tapi entah mengapa, beberapa hari ini aku merasakan rindu teramat sangat dengan suara tangisan bayi. Aku membayangkan di rumah ini, di kamar kami, ada buah hati kami yang tengah terlelap di tengah-tengah kami setelah lelah bermain. 

Entahlah..
Betapa aku merindukannya, padahal aku belum pernah merasakannya, kecuali saat aku merawat keponakanku sendiri dari tubuhnya masih merah sampai waktu aku meninggalkannya 4 bulan lalu untuk berada di sini. Ketika merawatnya saja aku begitu bahagia, bagaimana jika yang aku rawat adalah buah hatiku sendiri? Sudah pasti akan lebih sangat membahagiakan. 

Pernah ku katakan kepada tante bahwa kami akan menunda sampai pertengahan tahun depan nanti, namun beliau mengatakan bahwa hanya Allah lah yang berhak memberikan rejeki itu, kapanpun Ia mau. Awalnya aku ngeyel. Namun sekarang aku tahu, baru aku rasakan. Rasanya seperti ada space yang kosong. Bukan, bukan kosong di antara aku dan suamiku, tapi kosong karena betapa rindu ini teramat sangat mengusik hati kami.

Aku mempunyai suami, imam yang begitu sempurna untukku. Dan akan betapa bertambah sempurnanya hidupku jika Allah kembali mengijinkanku untuk bisa memiliki buah hati kami yang selalu kami rindukan.

Rabbi.. Aku melihat air mata itu di kedua mata suamiku. Dan kutahan pula air mataku ketika ia memelukku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar