Jumat, 19 Desember 2014

Hyperemesis. Saat Masa-masa Tersulit Trimester Pertama Kehamilan

Menjalani masa kehamilan di awal-awal minggu mungkin bagi sebagian perempuan biasa saja. Gagah, tetap bisa bekerja seperti biasa, tetap bisa kemana-mana dengan berpakaian rapi dan cantik. Namun, bagi sebagiannya lagi, awal kehamilan adalah saatnya istirahat total di tempat tidur, dengan berbagai keluhan. Termasuk aku.

Bahagia itu tidak bisa diungkapkan ketika pertama kali tahu aku hamil. Setelah kejadian beberapa bulan lalu yang buat aku dan suami harus kehilangan calon buah hati kami. Saat itu aku mengalami Blighted Ovum, atau bahasa awamnya tidak berkembangnya janin dalam kandungan. Dan ketika itu usia kehamilan sudah menginjak minggu ke tujuh, dan akhirnya pada minggu ke sepuluh aku harus dilarikan ke rumah sakit karena pendarahan hebat yang berujung perpisahan kami dengan calon anak kami. Tertekan bukan main, sedih tidak tahu bilang. Bahkan ketika mertua marah dengan sikapku pun aku tidak peduli. 

Kejadian itu akhirnya perlahan dapat aku terima. Awalnya aku dan suami ingin menunda kehamilan sampai tahun depan. Alasan terkuatnya adalah, kami masih trauma. Masih tergambar ketakutan di raut wajah suamiku. Namun, manusia boleh berencana, tapi semua Allah yang menentukan. Aku hamil lagi. Bagaimana pun juga, kami sangat bahagia. Tapi aku masih takut akan terjadi hal yang sama lagi. Dan betapa bahagianya aku ketika akhirnya aku melihat mahkluk kecil itu ada di layar monitor USG, dengan detak jantungnya! Ingin menangis saat dokter bilang "tuh, udah ada dedeknya".

Setelah itu, hari-hari yang aku jalani tidaklah semudah yang lain. Aku mengalami Hyperemesis, muntah yang berlebihan. Makanan dan minuman tidak ada yang masuk sama sekali. Setiap masuk makan atau minum sesendok, tidak sampai lima menit pasti keluar lagi. Aku sampai lemas, kaki gemetaran, rasanya badan ini tidak ada tulangnya. Jangakan makan, mencium baunya saja bisa langsung buat aku mual dan muntah. Semua kebingungan harus kasih makan apa untukku. Semua dibeli, semua disediakan. 

Akhirnya aku drop. Berat badan turun drastis. Kulit tangan dan perut mulai mengelupas dan sudah bisa ditarik seperti keriput. Aku dilarikan lagi ke IGD rumah sakit terdekat. Tanpa menunggu lama, mereka langsung memasangkan oksigen dan infus untukku. Tidak ada tawaran lagi, opname. 

Aku dicek darah dan urin. Dan benar, banyak yang tidak seharusnya. Keton dalam urin positif +3, seminggu sebelumnya +1, yang seharusnya negatif. Protein dalam urin juga positif. Leukosit darah juga tinggi. Mau apa lagi. Aku harus menerima suntikan obat berkali kali selama dirawat.

Dua hari dua malam kondisiku membaik. Hasil darah dan urin yang sempat membuatku drop, akhirnya normal lagi. Ketika di USG lagi, bayiku yang awalnya terlihat sangat kecil karna kurang mendapat asupan serta kurangnya air ketuban, terlihat menari nari. Dia besar, dia bergerak. Kedua tangan dan kakinya sudah nampak. Dan aku pulang. Aaahh, rasanya sangat bahagia. Bisa peluk bantal dan guling di kamar sendiri.

Tapi ternyata hal itu tidak berlangsung lama. Belum seminggu keluar dari rumah sakir, aku drop lagi. Makan minum tidak masuk, malah muntah yang tidak berhenti. Tengah malam, ya tengah malam akhirnya suamiku melarikanku lagi ke IGD. Raut wajahnya sangat kusut. Dia capek, baru pulang jaga, dia juga kebingungan dengan keadaanku. 

Aku, diinfus lagi. Tapi tidak opname. Suamiku memutuskan untuk merawatku sendiri di rumah. Kami pulang dengan botol infus diikat suamiku gelantungan di mobil. Besoknya ia ijin tidak masuk. Ia menjagaku. Alhamdulillah aku cuma sehari infus itu bergelayut di tanganku. Siangnya suamiku melepasnya. 

Saat ini, aku masih mencari cara bagaimana untuk menahan mual yang aku rasa. berbagai macam obat mual sudah diresepkan, yang bahkan kata mereka sudah cukup paten. 

Dua minggu lagi aku pulang ke Aceh. Mungkin memang aku mengalami stress secara tidak sadar. Mungkin tekanan psikologis selama di sini. Aku harus pulang duluan dari suamiku yang masih harus berada di sini sampai bulan lima nanti. Semua demi anak kami. 

Kelak kau besar nanti, ini akan jadi cerita dari kami untukmu, nak. Bertahanlah..