Barusan aja baca dari salah satu blog yang isinya curahan hati menjadi istri seorang dokter. Tiap kalimatnya ngena banget di aku nya.
Benar adanya ketika menjadi istri seorang dokter, hal yang indah-indah sulit didapat tiap harinya. Harus pinter-pinter dari kitanya sebagai istri, juga harus ada kontribusi juga dari si suami. Kalau tidak, ya jangan harap bakal ada yang namanya bercanda-canda meskipun cuma sebentar. *tarik napas dalam-dalam.
Ketika menjadi istri seorang dokter, kita harus siap sama yang namanya janji jalan-jalan cuma jadi janji semata. Karena, bisa jadi ketika hari ini sang suami berjanji besok akan mengajak kita jalan-jalan, bisa jadi besoknya janji itu disinggungnya pun tidak gara-gara telat pulang dari rumah sakit, sampai rumah lebih senang liat kasur dan bantal atau sampai rumah langsung nyentuh kerjaan lagi, bergadang, enggak pindah-pindah dari kursinya. Dan kita, cuma bisa duduk terdiam. *ah, itu sudah biasa.
Ketika menjadi istri seorang dokter, kita harus siap jadi pendengar paling setia. Tiap bicara apaaa aja, pasti ujung-ujungnya nyambung ke masalah di rumah sakit, pasien-pasien gawat darurat yang ini, yang itu. Kadang harus berani buat bilang "Kita lagi senang-senang deh kayaknya, Sayang. Cerita rumah sakit nanti-nanti aja ya." *sekali lagi, ah, itu sudah biasa.
Ketika menjadi istri seorang dokter, harus tahan cemburu. Itu salah satu point penting. Kenapa? Karena, mau atau tidak mau, terima atau tidak, rekan perempuan sejawat suami, sebagian besar cantik-cantik, modis-modis (meskipun bau rumah sakit juga), dan agak-agak genit (sering liat, bukan khayalan semata). Dan dengan merekalah sang suami lebih banyak menghabiskan waktunya, terutama jika sedang jadwal jaga di rumah sakit. Kalau saya sih, biar enggak berpikiran aneh-aneh, suka tidur cepat. *edisi menghibur diri dan hati, ahaha.
Ketika menjadi istri seorang dokter, yang namanya jalan-jalan pada malam minggu itu sangat jarang. Jangankan malam minggu, malam-malam biasa aja kita harus hati-hati kalau mau mengajaknya keluar. Harus ada pengertian, harus tekan rasa sedih ketika ajakan kita ditolaknya dengan kalimat, "Besok aja ya, lelah sekali rasanya, pingin istirahat." atau "Besok aja boleh? Masih ada kerjaan". Sedangkan terkadang sudah seminggu lebih kita tidak diajaknya keluar. Palingan cuma ke depan komplek buat ke photo copy. :)
Tapi benar adanya, bahagia itu luas. Bagaimanapun dukanya menjadi istri seorang dokter, selalu ada bahagianya. Ketika ia membiarkan kita tertidur pulas dalam pelukannya. Ketika ia memberikan senyuman terindahnya hanya untuk kita. Ketika ia selalu memberikan kecupan manisnya untuk kita kapanpun (kecuali di depan orang lain :D). Dan rasa bahagia itu tidak bisa kita lukis dengan kata-kata.